Rabu, 15 Desember 2010

TRIP DIENG – DJOKDJA ALA BACKPACKER AMATIRAN

Cerita sebuah perjalanan yang berawal dari liburan semester 4 kemarin. Dimana saya, dan 5 orang teman lainnya yaitu Andi, Rahman, Azis, Fahmi, dan Setiadi nekad untuk pergi liburan ke Dieng (wonosobo) dan Jogja dengan badget 1.5 juta rupiah saja.. Bayangkan dengan uang 250 ribu /orang kami dari jakarta memberanikan diri untuk berpetualang ala backpacker ke jawa tengah dengan pengalaman minim dan paspasan pula. (amatiran pisan pokoknya mah!)

Langsung saja ini dia ceritanya…

Sore itu, tepatnya hari sabtu tanggal 26 juni 2010, kami berenam yang sebelumnya sudah berkumpul di kosan saya di bambu apus bersiap-siap berangkat menuju stasiun jati negara. Maklum saja karena dana kami terbatas jadi kami memutuskan untuk berangkat naik kereta ekonomi dari Jakarta. (mmm.. emang ada yaa kereta jurusan wonosobo?) Oya, lupa saya kasih tau kalo kami naik kereta progo jurusan pasarsenen – lempuyangan Jogja. Nanti kami hanya sampai purwokerto saja, setibanya di purwokerto nanti kami lanjutkan lagi naik angkutan umum sejenis mikro bus untuk bisa sampai ke wonosobo dan diengnya. Karena setelah kami hitung-hitung jauh lebih murah kalo naik kereta ketimbang naik bus.
Sekitar jam 6 sore kami tiba di stasiun jatinegara, karena kereta yang akan kami tumpangi di jadwalkan berangkat jam 9 malam kami pun memutuskan untuk menuju masjid terlebih dahulu untuk menunaikan sholat maghrib dan isya. Setelah itu kami menuju ke sebuah warung nasi untuk sekedar mengisi perut. Maklum masalah perut memang jadi masalah penting bagi kami, apa lagi mau menempuh perjalanan panjang seperti ini.. (alahh.. lebayy!! Hehe). Setelah semua selesai kamipun langsung masuk menuju peron stasiun untuk menunggu kereta datang. (ost. Kereta tiba pukul berapa – iwan fals).

Betapa gembelnya kami saat menunggu kereta di setasiun jati negara…

Kurang lebih satu jam kami menuggu akhirnya kereta pun tiba juga. Kamipun langsung berlarian untuk memasuki kereta. Karena musim liburan jadi kamipun harus berdesakkan untuk  bisa memasuki gerbong kereta, ditambah lagi dengan barang bawaan yang kami yg super guede-guede sekali semakin menambah susah payah kami saja.(OMG) Karena berdesakkan  akhirnya kamipun terpisah rombongan menjadi dua bagian. Andi, Rahman,Azis, dan Fahmi sudah dapat tempat duduk  di gerbong 3, sedangkan saya dan setiadi masih tersesat di tengah desakkan penumpang di gerbong 8. (untuk menuju ke gerbong 3 harus melewati 5 gerbong lagi dengan jalan yang sempit dan berdesakkan pula. Di tambah ransel kami gede-gede banget. Gimana mau nyampe? Ampun deehhh). Karena kereta udah jalan dan dengan setengah putus asa pun akhirnya kami (saya dan setiadi) memutuskan untuk diam saja di gerbong 8. Disitu baru kami teringat kalau kami tidak memegang tiket kereta. Karena tiketnya dipegang sama Andi selaku ketua dalam perjalanan ini. (dalam hati saya berkata “adduhh,, bagaimana ini??) Sempat terjadi cekcok kecil antara saya dan setiadi karena masalah ini. Akhirnya ada seorang penumpang yang baik hati memberi saran kepada kami. Dengan logat jawanya dia berkata “mase,, mengko kalo spure wes mandeg neng stasiun mase turun aja, samperin tuh koncone, daripada nanti petugas mintain tiket mase bingung. Nanti malah suruh bayar lagi lho..” (nggih pak..) dipikir-pikir bener juga saran sibapak ini. Tidak beberapa lama keretapun berhenti di stasiun Cikampek. Kamipun memutuskan untuk turun. Tapi karena tubuh gemuk setiadi terjepit oleh desakkan penumpang yang mengakibatkan dia tidak bisa keluar. Akhirnya kami memutuskan hanya saya saja yang turun dari gerbong untuk menyusul teman-teman saya yang lain di gerbong 3. Di stasiun cikampek saya berlarian menuju garbong 3.akhirnya bisa juga. Sayapun langsung masuk kedalam gebong karena khawatir kereta keburu jalan.  Terdengar suara Andi memanggil saya. Saya pun menengok untuk melihatnya. Ternyata terlihat mereka sedang asyik tidur di kursi penumpang (kecuali andi yang masih melek). Dalam hati saya “anjrit mereka malah enak-enakan banget bisa tiduran. Gue malah sengsara lari-larian begini.. ASSEEEMM!!”) sayapun menghampiri mereka. Untuk meminta tiket dan sedikit air mineral karena saking hausnya tadi lari-lari. Keretapun behenti lagi di stasiun pagaden baru. Sayapun memutuskan untuk turun dari gerbong lalu kembali menemui setiadi yang terjebak di gerbong 8 dan tidak punya tiket pula. ( karena takut kereta keburu jalan jadi ya harus lari-larian lagi). Sesampainya di pintu gerbong 8 terlihat padat banget penumpangnya. Sayapun kesusahan untuk masuk kedalam gerbong. Jadi sayapun hanya melemparkan tiket dari jendela saja ke setiadi.

Hhmmm.. disini extreme-nya karena saya kesusahan untuk masuk kedalam gerbong jadi saya hanya bergelantungan saja di pintu gerbong sampai stasiun Cirebon.. Bayangkan saja, saya bergelantungan di pintu gerbong dari stasiun Pagaden sampai stasiun Cirebon selama kurang kebih 3 jam dengan bahaya yang mengancam. Beuhh!! Tapi tetap saya jabanin demi perjalanan ini. (hebatkan? / ahh biasa aja tuh fik!). Sekitar jam 2 pagi keretapun berhenti lama di stasiun cirebon. Jadi kami berdua putuskan untuk menemui teman-teman lain di gerbong 3. Suasanapun berubah saat kami memasuki gerbong 3. “Alhamdulilah akhirnya bisa duduk juga”. Tanpa banyak bicara saya dan setiadi pun rebahan di kursi kereta untuk istirahat karena kecapean banget. (bayangin aja, berdiri di kereta dari Jakarta sampe Cirebon. Copot-copot deh tuh dengkul!). Setelah 3 jam saya istirahat keretapun sampai di stasiun purwokerto. Kami semuapun langsung turun. Pukul 5 pagi kami sampai purwokerto. Kamipun langsung mencari masjid terdekat untuk menunaikan ibadah sholat subuh plus sarapan pagi.  
(foto saat kami selesai sholat subuh dan sarapan di sebuah masjid dekat stasiun purwokerto).


Setelah itu kami mulai packing barang-barang lagi dan siap-siap menuju terminal purwokerto. Untuk sampai ke terminal purwokerto kami harus naik angkot. Sesampainya di terminal bus purwokerto kami santai-santai sejenak untuk menunggu angkutan jurusan wonosobo. Tak beberapa lama angkutan pun datang. Kami pun langsung menghampiri mikro bus tersebut dan tawar menawar harga untuk menumpang sampai wonosobo. Setelah harga sepakat kamipun langsung memasuki mikro bus tersebut. Di tengah perjalan kami menyaksikan pemandangan yang sangat indah sekali karena kami melewati jalan pegunungan yang berbelok-belok naik turun serta ladang pesawahan dan sungai yang asri sekali yang tidak akan kami lihat di jakarta. (puncak mah kalah deh pokoknya!!). di tengah-tengah perjalanan salah seorang kondektur pun memberitahu kepada kami kalau mau ke dieng turun di pas pertigaan pius saja, jangan sampai terminal wonosobo karena kalau sampe terminal nanti musti balik arah lagi. Di situ kamipun menurut saja (iyalah.. lawong ga tau apa-apa?). Sekitar 2 jam perjalanan kamipun sampai di pertigaan pius, itu berarti dieng sudah dekat. Disitu kami langsung pada turun. Ternyata setelah kami turun sudah ada mikro bus jurusan dieng yang sedang mengetem di pertigaan tersebut. Jadi kami pun langsung menumpangi bus tersebut. (disitu padahal kami ingin mencari makanan dulu buat isi perut, tapi ya sudahlah. Makannya nanti kalo udah nyampe dieng saja).

Weessss.. suasana diengpun mulai terasa disini. Bukit-bukit tinggi, ladang perkebunan tebakau dan sayur-sayuran, dan udara sejuknya langsung menyambut kami di sepanjang perjalanan.

Dan setelah kurang lebih 1 jam menikmati pemandangan kami sampai di kawasan wisata dieng. Kamipun langsung turun dari microbus. Dan…. “HORE AKHIRNYA KAMI SAMPAI JUGA DI DIENG!!!”
Dieng sendiri ialah sebuah daerah dataran tinggi yang terletak di ketinggian ± 2093 M DPL, yang diapit oleh dua kabupaten yaitu kabupaten Banjarnegara dan kabupaten Wonosobo. Tapi kalo menurut analisis saya ( cie..analisis. kaya sentilun lo fik!!) untuk mencapai dataran tinggi dieng sendiri lebih mudah kalo melalui rute Wonosobo karena aksesnya lebih dekat. Tapi ga tau juga dehh.. (ahh gimana si lo fik? Ga konsisten banget!!) 

Udah-udah jangan so tau ah! Biar orang browsing sendiri aja ke situs resminya Wonosobo kalo mau info lengkap tentang dieng. Lanjutin aja ceritanya..

Mmmm.. oke setelah kami sampai di Dieng Kamipun langsung berpose untuk foto-foto disitu.
salah satu foto saat kami sampai di Dieng


Setelah selesai foto-foto kami pun bergegas mencari homestay/penginapan yang murah untuk kami beristirahat. Dan ketemu.. penginapan LESTARI namanya. Penginapan milik pak sukur suyanto ini terletak di pinggir jalan kawasan dieng plateau. Kami pun langsung menuju ke penginapan tersebut. Ada seorang ibu-ibu yang menyambut kami disana. Dia menawarkan kami berbagai jenis kamar dengan fasilitaas yang bervariasi juga. Di situ kamipun cengo. “kok harganya mahal-mahal banget! Duit kita cukup ga yaa?” dia pun menawarkan kamar yang paling murah, yaitu 75 ribu/malam dengan fasilitas televisi dan kamar mandi di luar. Tapi sayangnya tidak di perbolehkan untuk di tempati kami berenam. Maximal boleh ditempati 3 orang saja. Jadi kami terpaksa harus memesan 2 kamar. (huhh!! 150 ribu hilang untuk menginap kami beenam selama 1 malam saja). Sesudah selesai boking kamar kamipun langsung beristirahat di dalam kamar. Dan rasa lapar pun datang. Tetapi kami  harus hemat disini. Jangan sampai kehabisan duit. Jadi kami hanya memasak mie instan dan minum sekoteng untuk bisa survival di Dieng ini. Dengan peralatan kompor portable yang sudah kami bawa sebelumnya dari Jakarta kamipun mulai memasak mie instan untuk makan siang kami hari ini dan 2 gelas sekoteng untuk menghangatkan badan. Dan setelah matang kami mulai menyantapnya..
Proses memasak




Saat menyantap

Sangat memperihatikan memang melihat kami makan ala kadarnya seperti ini. Tapi tak apalah. Demi bisa pulang lagi ke Jakarta kamipun harus hemat seperti ini. Setelah perut terisi pun kami beristirahat sejenak untuk mengumpulkan energy yang akan kami pakai besok pagi. Sore hari kamipun terbangun. Kami semua langsung pada mandi dan bersiap-siap shalat ashar. (pas mandi. GILLA AERNYA DINGIN BANGET GAN.. BERASA MANDI PAKE AER ESS!!). Setelah selesai sholat kamipun memutuskan untuk keluar kamar dan melihat pemandangan dieng di sore hari, sekalian mau nyari guide untuk memandu kami berwisata di Dieng esok hari. Dan kami pun bertemu dengan seorang bapak-bapak yang sudah berpengalaman memandu wisata di Dieng. Kamipun berkenalan dengannya. Namanya pak sugi. Kamipun menanyakan berapa harga sewa jasa untuk memandu kami berwisata di spot-spot zona wisata yang ada di dieng. Karena sebelum kami berangkat ke dieng kami sempat browsing di internet.  Dan mendapatkan informasi bahwa di Dieng ini banyak tempat yang kudu di kunjungi (katanya). Diantaranya : candi bima, candi arjuna, kawah sikidang, melihat sunrise dibukit sikunir, sumur jalatunda,  telaga warna, telaga pengilon dan masih banyak lagi lainnya (ga apal kalau saya sebutin satu persatu, karena kamipun gak sempat mengunjungi semua tempat yang ada di situ). Dan pak sugi pun memberitahu untuk setiap spotnya 50 ribu/ orang. Disitu ada 3 spot yaitu dieng1, dieng2, dan sunrise. Anjritt mahal banget? Berarti totalnya 150 ribu per orang. (beuh enggak deh!). tapi dipikir-pikir rugi juga kalo udah nyampe dieng gak liat-liat zona wisatanya. Akhirnya setelah melalui banyak pertimbangan kami pun memutuskan untuk mengambil satu spot saja, yaitu spot kawasan wisata dieng1 yang mana didalamnya ada candi bima, candi arjuna, kawah sikidang, dieng plateau theater,telaga warna,telaga pengilon,dan beberapa gua (lupa saya nama guanya apa aja). Tapi harga belum sepakat disini. Kamipun meminta harga damai dan dapat  40  ribu/orang. Kamipun sepakat jam 6 pagi pak sugi dan teman-temannya menjemput kami dipenginapan. Karena hari hampir petang kamipun kembali ke penginapan, Oya, saya sempat menyimpan nomor hp pak sugi, barangkali anda sekalian nanti membutuhkannya ini nomornya 081226928216.

Oke lanjut lagi..  ditengah perjalanan kembali kepenginapan kami melihat ada sebuah warung makan yang kelihatannya murah dan enak. Karena perut kami lapar kamipun langsung mengampiri warung tersebut. Disitu kami makan nasi dengan lauk oseng babat jamur dan teh manis anget sebagai minumnya. Setelah kami selesai makan kami hanya perlu membayar 5 ribu rupiah saja untuk setiap porsinya. (hmmm..  baru ini saja kami menemukan yang murah di Dieng. Mungkin kalo di Jakarta udah 10-15 ribuan kaliyaa??). setelah perut kenyang kamipun pulang ke penginapan. Bersantai-santai diruang tengah sambil menonton tivi. Dengan di temani dinginnya udara didieng kamipun mengecek keuangan kami untuk persiapan besok pagi. Karena sebelum kami pulang ke Jakarta kami rencananya mau ke Jogja dulu. Baru dari Jogja langsung joss balik ke Jakarta. Karena ada seorang teman saya yang pengen sekali ke Jogja.  Soalnya dan katanya dia belum pernah ke Jogja sama sekali (maklum, orang betawi tulen yang gak pernah kemana-mana. Taunya cuman condet sama cililitan doang. Hahaha!! PISS Mi) Makannya mungpung ada kesempatan kami memutuskan untuk berkunjung ke Jogja juga. Walaupun dengan ditemani perasaan yang sedikit takut dan khawatir duitnya gak cukup. Tapi Insya Allah cukuplah.(ammiinn). Setelah cukup lama membicarakan masalah ini tanpa terasa malampun mulai larut. Kamipun langsung menuju kamar untuk beristirahat. Udara malam di Dieng sangatlah dingin, konon katanya dibulan-bulan tertentu suhunya bisa mencapai 0° celcius. Jadi untuk mengurangi rasa dingin kamipun tidur dengan menggunakan jaket tebal,celana dobel,kaos kaki, sarung tangan dan selimut.
Jam setengah 5 kamipun bangun. Dengan badan yang mengigil kami bergantian menuju kamar mandi. Karena airnya dingin banget jadi kami gak ada yang mandi, hanya cuci muka dan berwudhu saja untuk menunikan ibadah sholat subuh. Ketika mau sholat saya melihat ada sebuah thermometer di atas sebuah lemari yang menunjukkan suhu 12° celcius pada saat itu. Mmm.. berarti semalam suhunya bisa kurang dari itu saya pikir. Setelah selesai sholat kamipun langsung membuat sarapan. Iya betul sekali! lagi-lagi kami harus makan mie instan demi sebuah kata HEMAT. Setelah selasai sarapan kamipun bersiap-siap untuk berangkat menjelajah Dieng. Karena sesuai janji pak sugi dan teman-temannya akan menjemput kami jam 6 pagi. Mungkin kalau kami ingin melihat sunrise pak sugi dan teman-temannya pun akan menjemput kami lebih awal. Karena jam 5 pagi kami harus sudah berada dibukit sikunir untuk bisa melihat sunrise atau matahari terbit. Tapi lagi-lagi karena faktor biaya jadi kami memutuskan tidak melihat sunrise. (50 ribu men.. Cuma untuk melihat sunrise doang. Mending laen kali aja deh.sambil ngajak pacar lihatnya biar bisa sedikit romantis. Haha!). sekedar informasi ni yee. Katanya kalo kita lihat sunrise di atas bukit sikunir sana nanti kita bisa melihat 5 puncak gunung 2M-3S sekaligus. Yaitu puncak gunung merapi, merbabu, slamet, sumbing, dan sindoro. (hmm.. indah banget kali ya kalo bisa lihat sunrisenya?).

Udah lanjut lagi ceritanya Fik. Pak suginya udah dateng tuh..

Oke. Setelah pak sugi dan teman-temannya datang kami langsung naik di atas motor dan mulai petualangan menjelajah di kawasan Dieng1. Tempat yang kami kunjungi adalah Kawah Sikidang. Beuh di tengah-tengah perjalanan karena hari masih pagi mulut kamipun tak henti-hentinya mengigil. Tapi rasa itu terbayar ketika kami sampai di kawah sikidang.



 Dikawah sikidang..

Karena masih pagi juga, jadi hanya baru ada kami saja yang ada disitu. Dan yang lebih enaknya kami jadi gratis bisa masuk ke kawasan kawah sikidang ini. katanya seharusnya kita bayar tiket sebesar 3 ribu rupiah apabila tempat itu sudah ada orang penjaganya.
Setelah kami selesai melihat-lihat dan ambil-ambil gambar kamipun diajak untuk mengunjungi tempat berikutnya. Yaitu candi Bima. Jarak antara kawah sikidang dan candi bima pun tidak terlalu jauh yaitu sekitar 1.5 km saja. Tapi lumayan juga kalau ditempuh dengan jalan kaki. Jadi kami lanjutkan dengan menggunakan sepeda motor dengan didampingi pemandu.
Kawasan candi bima..


Lagi-lagi kami tidak perlu untuk membeli tiket untuk masuk kekawasan ini karena belum ada penjaganya. Tempat berikutnya yang kami kunjungi adalah kawasan candi arjuna tempatnya lumayan jauh dari candi bima. Tapi karena hari udah agak siangan. Pak sugi pun sangat mengerti kondisi kami yang mempunyai dana pas-pasan jadi pak sugi pun membawa kami masuk lewat belakang menuju candi arjuna agar kami tidak harus membeli tiket masuk terlebih dahulu untuk masuk ke kawasan candi arjuna.
  Kawasan candi arjuna


Tempat berikutnya yang kami kunjungi adalah Dieng plateau theater.  Dieng plateau theater sendiri adalah sebuah bioskop mini yang memutar film pendek tentang legenda sejarah terjadinya dataran tinggi dieng. Disini kami cukup membayar 15 ribu rupiah saja untuk 6 orang (hmm.. murah banget yaa? Coba di twenty one harga tiketnya segitu?? Haha) Dan kamipun mulai menonton film tersebut dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya (alah lebay!! / iyalah singkat. Orang film durasinya cuman 30 menit doang. Hehehe!!). setelah selesai nonton seperti biasa kami langsung narsis pose-pose untuk foto (tapi tetap anti ALAY!!)
Dieng plateau theater

Setelah selesai foto-foto didepan pintu masuk dieng plateau theater kamipun di ajak oleh pak sugi (guide kami) untuk ketempat-tempat keren untuk foto-foto lagi. Yaitu di sebuah tebing batu cadas yang tepat berada di atas telaga warna dan telaga pangilon. Backgroundnya keren abiss. Ini dia fotonya..

Telaga warna - telaga pengilon background
Saat kami ambil foto di atas tebing itu kami harus sangat hati-hati sekali karena kami berada di atas ketinggian sekitar 50 meter di atas permukaan telaga warna yang kelihatan di foto. Jadi kalo ga hati-hati trus kpleset sedikit saja kami bisa jatuh kebawah dan mungkin langsung wisuda mengambil gelar ALMARHUM!! Hiii.. seremm!!

Setelah kami selesai foto-foto disitu kami langsung turun kebawah dan traking menelusuri lereng telaga warna. Melihat lebih dekat air telaga warna yang konon katannya airnya itu bisa berubah-ubah warna. Kadang berwarna ijo, biru, dan merah lembayung. Makannya disebut telaga warna. Katannya si perubahan warnanya itu sebabkan karena airnya itu ada kandungan belerangnya. Disitu juga kita bisa melihat ada beberapa sumur dan gua peninggalan jaman dulu. Dan kalo kita dulu waktu SD belajar IPS si katannya disinilah tempat bertapa Mahapatih Gajah Mada sebelum mendeklarasikan sumpah palapa yang sangat terkenal itu. Karena menurut informasi yang saya dapat setelah menonton film tentang sejarah Dieng juga konon Dieng ini juga adalah sebuah tempat peradaban agama hindu tertua di Indonesia..

Ini foto-foto kami saat berada di sekitar area telaga warna

Telaga warna

Prasasti sumpah palapa Mahapatih Gajahmada

Mmm.. tanpa terasa kawasan dieng1 sudah kami jelajah semua.. dan badanpun mulai terasa lelah. Kamipun harus segera kembali ke penginapan untuk berkemas-kemas kembali. Karena kami berenam harus meninggalkan Dieng dan melanjutkan perjalanan ke kota jogja. Selamat tinggal dieng, berat rasanya hati ini meninggalkan udara sejukmu dan panorama alammu yang begitu indah, serta cantiknya cucunya pak yanto yang punya penginapan itu.. (hehe.. tapi cucunya itu beneran cakep gan.. gadis desa yang manis dan lugu seperti belum terjamah glamornya dunia kota metropolitan). “ KAU MEMANG SENIMAN SEJATI TUHAN. TELAH MENCIPTAKAN KEINDAHAN ALAM-MU INI  UNTUK MENJADIKANNYA SAHABAT-SAHABAT BAGI KAMI, YANG SELALU MEMBUAT KAMI BERSYUKUR ATAS INDAHNYA KARUNIA-MU ITU..”

Kamipun meninggalkan Dieng  siang itu untuk melanjutkan perjalanan petualangan anak-anak nekad seperti kami menuju Jogja. Kebetulan sekali ketika kami cek out dari penginapan kami di tawari oleh seorang karyawannya pak yanto untuk ikut dengan dia saja menuju ke terminal wonosobo. Karena dia sekalian mau ke wonosobo menjemput tamunya pak yanto. Kami hanya di mintai untuk membellikannya bensin untuk mobil Suzuki carry nya saja. Kamipun ikut dengan dia dan mengantarkan kami sampai terminal wonosobo. Sesampainya di terminal wonosobo kami menuju musholla terlebih dahulu menunaikan ibadah sholat ashar. Selesai sholat kamipun bergegas ke dalam terminal untuk mencari bus jurusan jojga. Tapi setelah kami mencari-cari busnya ternyata tidak ada bus yang jurusan jogja. Kamipun terpaksa naik bus jurusan magelang terlebih dahulu, lalu dari magelang kami naik bus lagi jurusan jogja.

Pendek cerita sampailah kami di terminal Giwangan jogja.  kami langsung menentuakan tujuan kami sesudah sampai jogja kami mau kemana.  Teman-teman saya ada yang mau ke Borobudur, malioboro, kaliurang, pantai parangtritis. Tetapi kalo kita mau ke Borobudur kenapa kita malah kejogja? Kenapa ga langsung aja tadi dari magelang pikir saya. Borobudurpun batal! Kaliurang dan parangtritis aksesnya terlalu makan biaya untuk kami jadi kaliurang dan parangtritispun batal juga. Akhirnya kami ambil yang ke jalan Malioboro. Kamipun langsung menuju jalan malioboro menggunakan trans jogja. bukan Jakarta saja yang punya trans Jakarta, tapi jogjapun punya namanya trans jogja. yah meskipun punya halte khusus seperti trans Jakarta tapi pelayanannya masih kurang, transitnya ribet banget. Sampe-sampe ada cewek bule yang satu tujuan dengan kami kebingungan untuk menuju jalan malioboro. Padahal jarak terminal giwangan dengan jalan malioboro kalo ditempuh dengan ojek hanya 10 menit saja. Tapi saat di tempuh mengguanakan trans jogja kami harus di ajak muter-muter dulu dengan beberapakali transit yang memerlukan waktu yang lebih lama pula.sekitar 45 menit kami baru sampai jalan malioboro. Kamipun langsung jalan-jalan menelusuri emperan jalan malioboro. Warung-warung makan lesehan terpangpang disepanjang jalan malioboro. Membuat perut kami keroncongan saja. Tapi kami harus mencari penginapan terlebih dahulu untuk mengamankan barang-barang bawaan kami yang sangat besar-besar ini.


Karena musim liburan jalan malioboro pun pada saat itu sangat padat pengunjung sekali. Penginapan dari mulai kelas melati sampai bintang 5 sudah terisi penuh. Jadi kamipun kesulitan untuk menemukan penginapan. Tetapi ada seorang petugas parkir memberitahu kepada kami ada sebuah penginapan yang masih pempunyai kamar kosong untuk kami menginap. Namanya penginapan sinar. Kamipun langsung menuju ke penginapan tersebut dan menemui reseptionisnya. Ternyata masih ada beberapa kamar yang masih kosong. Tetapi harganya mahal-mahal banget. Maklum lagi musim liburan katannya. Kamipun di tawari sebuah kamar dengan harga 160 ribu permalam dengan ruangan yang cukup luas dan 3 tempat tidur. Karena tidak ada kamar yang lebih murah lagi kamipun mengambil kamar yang ini. Setelah mendapatkan kamar kami langsung bergantian untuk mandi. Setelah mandi dang ganti baju kami langsung keluar dari penginapan menuju jalan malioboro yang masih ramai pada saat itu. Mencari warung makan lesehan yang murah dan nongkrong dialun-alun selatan. Tapi sayang kami tidak bisa mengabadikan moment saat berada di Jogja karena ada sedikit masalah dengan kamera kami.   

Tanpa terasa malampun mulai larut, dan rasa ngantukpun mulai menyerang mata kami. Kamipun segera bergegas menuju penginapan untuk beristirahat. Keesokan harinya salah seorang dari kami harus menuju ke stasiun untuk memesan tiket kereta untuk kami kembali ke Jakarta. Sedangkan sisanya berkemas-kemas barang bawaan di penginapan. Setelah semua selesai dan tiket keretapun sudah didapat kamipun jalan-jalan terlebih dahulu di pasar bringharjo untuk sekedar mencari sarapan dan membeli souvenir oleh-oleh khas jogja.
Setelah asyik berbelanja tanpa terasa hari mulai siang. Kamipun harus segera ke penginapan untuk cek out dan segera menuju stasiun lempuyangan untuk kembali ke Jakarta. Karena kereta di jadwalkan berangkat jam 4 sore. Setelah sampai stasiunpun kami langsung bergegas memasuki kereta. Karena kami tidak kebagian tempat duduk jadi kami memutuskan untuk mengambil posisi wenak didalam kereta. Yaitu duduk dibawah tepat di belakang gerbong terakhir dekat toitet hanya dengan bersarapkan koran . posisi beginipun tak apalah bagi kami yang penting tidak berdesakkan dengan penumpang lain seperti ketika kami berangkat kemarin dari Jakarta. Tak selang beberapa lama penumpangpun mulai melonjak memadati kereta dan keretapun mulai bergerak jalan menuju stasiun pasar senen Jakarta. Di tengah-tengah perjalanan kami banyak sekali mengoreksi kesalahan-kesalahan teknis akibat kurangnya pengalaman yang mengakibatkan kurang nyamannya perjalanan petualangan liburan kami kali ini.. yah  semoga diperjalanan-perjalanan kami berikutnya kesalahan-kesalahan ini tidak terulang kembali. Untuk mencairkan suasanapun kami menghiasi perjalanan pulang kami dengan bermain domino di dalam kereta. 

Maen domino

Begitulah kegiatan yang kami lakukan saat berada di dalam kereta.. Setelah melewati perjalanan sekitar 11 jam yang cukup melelahkan. Kami sampai di Jakarta. Menginjak gersangnya tanah Jakarta kembali. Dan mengenang cerita pengalaman indah kami berenam. Seorang enam sahabat yang selalu ingin menyaksikan keindahan-keindahan karunia Tuhan, dan yang selalu ingin lebih mengenal Indonesia sebagai rumah tempat tinggalnya sendiri.

Setelah perjalanan ini kami berenam Insya Allah berencana di liburan semester berikutnya ingin mengunjungi kepulauan seribu, green canyon pangandaran, pulau sempu di malang, dan Lombok diacara kelulusan nanti dengan gaya backpacker tentunya. Mudah-mudahan tidak ada hambatan ditengah kesibukan kami sebagai pelajar yang sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional. . 

SEKIAN..


Rincian biaya trip jakarta-dieng-jogja-jakarta yang kami habiskan
Jakarta – purwokerto Rp. 26.000,- @ 6 orang                              =  Rp. 156.000,-
St. purwokerto – terminal  Rp.. 2.500,- @ 6 orang                        =  Rp. 15.000,-
Terminal purwokerto – wonosobo Rp. 20.000,- @ 6 orang           =  Rp. 120.000,-
Wonosobo – dieng Rp. 8.000,- @ 6 0rang                                    =  Rp. 48.000,-
Penginapan di Dieng 1 malam @ 6 orang                                       =  Rp. 150.000,-
Bayar pemandu wisata di Dieng Rp. 40.000,- @ 6 orang               =  Rp. 240.000,-
Dieng – terminal wonosobo (mobil carteran) @ 6 orang                 =  Rp. 50.000,-
Wonosobo – magelang Rp. 8.000,- @ 6 orang                             =  Rp. 48.000,-
Magelang – jogja Rp.8.000,- @ 6 orang                                       =  Rp. 48.000,-
Terminal  jogja – malioboro (trans jogja)  Rp. 3.000,- @ 6 orang  =  Rp. 18.000,-
Penginapan di malioboro 1 malam @ 6 orang                                =  Rp. 160.000,-
St. lepuyangan jogja – Jakarta Rp. 35.000,- @ 6 orang                 =  Rp. 210.000,-
Jumlah                                                                                          =  Rp. 1.263.000,-
Biaya tak terduga + makan (±)                                                      =  Rp. 237.000,-  
Total                                                                                             =  Rp. 1.500.000,-

Jumat, 19 November 2010

Dengarkan Aku, Bapak Guru

Aku seorang siswi yang tinggal di suatu daerah di Kabupaten Subang bersama kakek. Sejak lama, aku tak lagi tinggal bersama orang tuaku. Keluargaku bisa disebut keluarga yang broken home.
Bersama kakek, aku mendapat banyak pelajaran berharga. Karena beliau mendidik dan menyayangiku seperti beliau mendidik anak-anbaknya, Aku tumbuh dewasa menjadi seorang gadis berusia 17 tahun. Saat ini aku duduk di bangku kelas 3 SMA. Aku termasuk pelajar yang aktif mengikuti organisasi di sekolahku.
Puji syukur prestasi baik akademik maupun non akademik sering aku raih sejak duduk SD dulu, atas prestasi aku mendapat beasiswa baik dari sekolah maupun dari pemerintah kabupaten. Beasiswa itu sangat membantu aku. Karena kondisi ekonomi keluarga , bias dibilang tak punya. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari aku berjualan kue dan dagang kecil-kecilan di sekolah. Syukur alhadmulillah, ayah dan kakaku kerap memngirim aku.
Setiap hari aku harus naik ojeg untk menempuh perjalanan ke sekolah yang jaraknya sekitar 3 Km. atau ikut paman dan saudara lain yang tujuan satu arah dengan tempatku sekolah. Kondisi ini kerap aku terlambat masuk sekolah. Seingatku, selama sekolah aku telah terlambt msuk slama 6 kali. Aku mendapat sangsi fsikologis, satpam dan guru piket kerap membentak saya.
Meskipun, aku sudah berusaha mengatakan sejujurnya, kenapa terlambat, yaitu mencari tumpangan gratis untuk sampai ke sekolah. Syukur, alasan itu diterima mereka dan membolehkan aku masuk kelas.
Kejadian terakhir beberapa hari lalu. Aku terlambat 10 menit dari bel masuk. Kejadian ini yang bikin aku shock. Karena mendapat bentakan (habis-habisan) oleh Satpam. Bahkan oleh Wakasek kesiswaan aku diminta untuk kembali ke rumah (pulang). Mereka keukeuh dan tak lagi mendengarkan alas an keterlambatanku.
Sebagai wanita belia, sikap itu membuat aku shock, dan aku hanya bias menangis di depan gerbang sekolah. Dengan kesedihan mendalam dan cucuran air mata, aku terpaksa meninggalkan sekolah itu dan kembali pulang.
Di rumah, terlihat kakekku sedang duduk santai. Melihat cucunya pulang pagi-pagi, kakek menanyangkan sangsi. Masih dengan tangis, aku ceriatakan sebenarnya. Mendengar cerita itu, kakek tampaknya tak mampu menahan emosi, dari matanya, tampak butiran air mata mulai membasahi pipinya yang tak lagi kencang.
Bagi aku, yang tak punya apa-apa, dibentak dan mendapat semportan dari siapapun karena terlambat masuk sekolah, bisa aku terima. Tapi tak mengikuti belajar satu hari, itu yang membuat aku menangis.
Sayangnya di satu sisi, pada saat aku hendak meninggalkan sekolah, justru ada guru yang baru datang ke sekolah untuk mengajar. Mungkin karena kapaistasnya sebagai pengajar, sikap sangar dan garang satpam kepada saya tak ditemukan saat melihat guru itu. Sebaliknya, dia begitu sopan dan mempersilakan sang guru masuk. Sementara aku menangis harus pulang, karena terlambat beberapa menit saja.
Kenapa ada ketidak adilan di sini??? padahal guru-gurupun mempunyai tugas untuk mengajar dan siswa berhak mendapatkannya. Artinya apabila guru terlambt msuk mengajar, brarti sebgian hak siswa telah terampas, mengapa peraturan itu hnya berlaku untuk siswa? sedangkan guru dengan bebas datang. Terkadang jarang sekali siswa menuntut haknya.
Sedangkan kewajibn membayar SP3, dan iuran lainnya harus dipenuhi. Bagaimana pendidikan dapat maju kalo sp3 ini? kebijakan yg tak seimbng.
Walau aku sadari ini salahku terlambat bukan karena kesiangan karena setiap hari pula aku telah terbiasa bangun jam 3/4 pagi… aku termasuk siswa teladan disekolah dan yg aku sesali tak ada sdktpun untk aku menjelaskn mengapa terlmbt. .padahal bnyk tman2 yg terlambat hampir setiap hari. .tapi brbda alasan dgn diriku,mereka trlmbt krna malas. .dan mereka mengakui itu. .aku sadari aku bukan siapa2. .aku harus kuat. .padahal tolong dengar alasanku guru. . .
catatan:
tulisan ini adalah kisah nyata, yang dituturkan oleh salah seorang pelajar yang saya dapat dari bloggersubang.com. nama pelajar dan sskolah sengaja tidak disebutkan